Dalam beberapa pekan terakhir, perhatian publik tertuju pada tragedi yang menimpa KMP Tunu Pratama Jaya. Tim SAR berjuang menemukan para penumpang yang hilang setelah insiden tersebut terjadi. Baru-baru ini, salah satu jasad korban berhasil ditemukan mengapung di Selat Bali, menambah rasa duka yang mendalam bagi keluarga dan masyarakat.
Fakta menunjukkan bahwa keselamatan pelayaran sangat penting, terutama di perairan yang terkenal berisiko. Penemuan jasad ini bukan hanya menjadi simbol dari kehilangan, tetapi juga memicu pertanyaan akan keamanan kapal dan prosedur penyelamatan di laut. Apa yang sebenarnya terjadi pada KMP Tunu Pratama Jaya?
Keberadaan Jasat Korban KMP Tunu Pratama Jaya
Operasi pencarian tidaklah mudah. Tim SAR gabungan terus berupaya mengidentifikasi para korban dan memastikan keselamatan yang lain. Pada Minggu, pagi hari saat KRI Fanildo berpatroli, terlihat ada objek yang tampak mencurigakan. Ketika dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, ternyata itu adalah jenazah manusia dengan posisi tengkurap.
Dalam penjelasan Komandan Gugus Tempur Laut Koarmada II, Laksamana TNI Endra Hartono, disebutkan bahwa jasad tersebut ditemukan sekitar 6 mil ke arah selatan dari titik terakhir hilangnya KMP Tunu Pratama Jaya. Sejak ditemukan, KRI Tongkol segera dikerahkan untuk melakukan evakuasi. Hal ini menunjukkan respon cepat yang diambil tim SAR dalam menangani situasi kritis ini.
Proses Identifikasi dan Lanjutan Pencarian
Selesainya evakuasi jasad korban membawa momen penting dalam proses identifikasi. Setelah tiba di dermaga, jasad tersebut dibawa menggunakan ambulans ke rumah sakit untuk proses lebih lanjut. Meskipun jasad tidak ditemukan identitas, masih ada harapan dapat mengenali korban melalui metode pengenalan lainnya. Sampai saat ini, total korban teridentifikasi mencapai 37 orang, terdiri dari tujuh orang meninggal dan 30 selamat, sementara 28 orang lainnya masih dalam pencarian.
Tragedi ini buka hanya menyoroti ketidakpastian di laut, tetapi juga memberikan kesadaran akan pentingnya keselamatan pelayaran. Pengalaman ini seharusnya menjadi pelajaran berharga untuk meningkatkan prosedur keamanan dan respons darurat saat terjadi insiden serupa. Penting bagi semua pihak, baik otoritas pelayaran maupun masyarakat, untuk bersatu dalam menjaga keselamatan di lautan.