Hari ini, kita merayakan ulang tahun salah satu tokoh politik paling berpengaruh di Asia, yang telah mencapai usia 100 tahun. Mahathir Mohamad, mantan Perdana Menteri Malaysia, merupakan sosok yang tidak hanya menciptakan sejarah, tetapi juga terus menjadi suara penting di dunia politik meski usianya sudah sangat lanjut.
Dengan tonggak sejarah ini, perlu ditelusuri dampak nyata dari kontribusi dan pandangan politik Mahathir yang masih relevan hingga saat ini. Masyarakat tentu bertanya-tanya, apa yang membuatnya tetap aktif dan berpengaruh di tengah dinamika politik global yang terus berubah?
Kepemimpinan dan Karier Politik Mahathir Mohamad
Mahathir Mohamad menjadi Perdana Menteri Malaysia yang ke-4 dan ke-7. Ia dikenal sebagai satu-satunya pemimpin yang menjabat dalam dua periode berbeda, yaitu dari 1981 hingga 2003 dan kembali menjabat antara 2018 dan 2020. Masa kepemimpinannya yang panjang menjadikannya saksi sejarah transformasi Malaysia dari negara berpendapatan rendah menjadi negara dengan ekonomi yang stabil.
Pada periode pertama, Mahathir dikenal karena kebijakan industrialisasi yang agresif. Ia mulai mengubah wajah Malaysia menjadi negara yang lebih modern dan kompetitif di kancah global. Namun, selama masa pemerintahannya, ia juga menghadapi berbagai tantangan, termasuk krisis ekonomi Asia pada akhir 1990-an. Banyak yang berpendapat bahwa keputusan tepat yang diambilnya saat krisis tersebut menunjukkan ketangguhannya sebagai seorang pemimpin.
Di sisi lain, meski telah menjabat di posisi yang sangat strategis, Mahathir tidak luluh dalam menghadapi berbagai kritik. Dia seringkali mengecam kebijakan negara-negara Barat dan menawarkan pandangan yang berani tentang geopolitik saat ini, termasuk pandangan kritis terhadap presiden Amerika Serikat yang pernah menjabat, Donald Trump.
Legacy dan Pengaruh dalam Politik Global
Sebagai seorang pemimpin, Mahathir tidak hanya fokus pada kebijakan dalam negeri. Dia juga dikenal sebagai tokoh yang aktif dalam forum-forum internasional, mengadvokasi solidaritas negara-negara berkembang. Pemikirannya seringkali terbuka dan tidak terikat pada norma-norma yang ada, sering berani berpidato di platform internasional dan mengecam ketidakadilan.
Misalnya, saat berbicara mengenai kebijakan perang tarif Amerika, ia memperingatkan bahwa langkah tersebut dapat memicu masalah ekonomi yang lebih besar untuk dunia. Pandangannya menunjukkan betapa ia tetap memiliki pemahaman yang tajam tentang berbagai isu global, meski berada di usia senja.
Cara Mahathir berkomunikasi dan caranya berbicara juga menjadi daya tarik tersendiri, memberikan inspirasi kepada banyak generasi muda di negeri asalnya dan luar negeri. Bahkan, banyak yang menyebutnya sebagai ‘Soekarno Kecil’ karena keberaniannya dalam mengkritik kebijakan negara-negara Barat, serupa dengan pendiri Indonesia, Soekarno.
Di balik kecemerlangan karier politiknya, terdapat sisi kemanusiaan yang tak boleh diabaikan. Mahathir lahir dalam keluarga sederhana dan mengalami berbagai kesulitan di masa kecilnya. Masa lalu ini memberinya perspektif yang unik dan empati terhadap masyarakat. Dengan begitu, ia tumbuh menjadi pemimpin yang memiliki kedekatan dengan rakyat dan suara mereka.
Dalam perjalanan hidup Mahathir, terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil oleh generasi penerus, terutama tentang ketekunan dan keberanian untuk bersuara. Ia menunjukkan kepada kita bahwa usia bukanlah penghalang untuk tetap berkarya dan berpengaruh. Sebagai penutup, perjalanan Mahathir Mohamad adalah buku terbuka yang dipenuhi dengan pelajaran berharga bagi siapapun, terutama para pemimpin muda yang aspirasinya adalah mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik.