India baru-baru ini mengumumkan laporan awal mengenai kecelakaan pesawat yang merenggut lebih dari 270 nyawa pada Juni 2025. Dalam laporan tersebut, terungkap bahwa pergerakan sakelar mesin menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan tragis ini.
Fakta menarik yang muncul dari laporan ini adalah, hanya tiga detik setelah pesawat lepas landas, sakelar pemutus bahan bakar secara bersamaan beralih dari posisi “run” ke “cutoff,” mengakibatkan mesin tidak mendapatkan pasokan bahan bakar. Apa yang sebenarnya terjadi di kokpit saat itu?
Kecelakaan Penerbangan Air India yang Mengerikan
Laporan yang dirilis oleh tim investigasi kecelakaan penerbangan di India pada tanggal 12 Juli menjelaskan bahwa Boeing 787 Dreamliner kehilangan daya dorong dan mengalami kecelakaan. Pada perekam suara dan data kokpit, terlihat adanya percakapan antara pilot yang menunjukkan kebingungan mengenai pemindahan bahan bakar. Seorang pilot bertanya kepada rekannya, “Mengapa mematikan bahan bakar?” dan dijawab bahwa ia tidak melakukannya. Hal ini menunjukkan adanya keselarasan yang tidak biasa pada pengoperasian pesawat.
Dari penyelidikan awal, ditemukan bahwa kedua sakelar bahan bakar terletak di posisi “run” setelah kecelakaan. Ada bukti bahwa kedua mesin pesawat menyala kembali pada saat ketinggian rendah sebelum jatuh. Hal ini menciptakan pertanyaan mendalam mengenai prosedur yang diikuti oleh pilot dalam situasi darurat.
Percakapan dan Pengalaman Pilot dalam Situasi Darurat
Kedua pilot pesawat itu cukup berpengalaman dengan total jam terbang sekitar 19.000, yang termasuk lebih dari 9.000 jam di jenis pesawat yang sama. Namun, laporan awal tidak menjelaskan dengan rinci bagaimana sakelar tersebut bisa berpindah posisi. Pertanyaan besar yang muncul adalah, apakah sakelar tersebut bergerak dengan sendirinya, atau adakah tindakan dari pilot yang memindahkannya? Dan jika itu adalah tindakan pilot, apa yang memotivasi mereka untuk melakukannya?
Pakar keselamatan penerbangan menyatakan bahwa pergerakan sakelar bahan bakar bukanlah hal yang biasa dilakukan tanpa alasan yang jelas. Memindahkan sakelar ke posisi cutoff dengan cepat akan langsung mematikan mesin, dan tindakan ini biasanya hanya dilakukan saat situasi darurat, seperti kebakaran mesin. Dalam insiden ini, tidak ada indikasi adanya keadaan darurat yang mengharuskan tindakan tersebut.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa hingga saat ini, tidak ada rekomendasi tindakan yang diberikan kepada operator pesawat atau produsen mesin. Penyelidikan lanjutan untuk mengungkap sebab kecelakaan ini masih berlangsung, dengan pengawasan ketat dari pihak berwenang. Dua kotak hitam yang ditemukan di lokasi kejadian juga menyediakan data penting, termasuk kecepatan, ketinggian, dan komunikasi terakhir antara pilot, yang semuanya berkontribusi dalam menentukan penyebab kecelakaan.
Kecelakaan ini menjadi salah satu yang paling mematikan dalam satu dekade terakhir, dan penyelidikan ini akan menjadi kunci untuk mencegah terulangnya tragedi serupa di masa depan.