Kehadiran mobil listrik di Indonesia saat ini masih dianggap belum memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan penjualan mobil baru. Harga yang relatif tinggi menjadi penghalang utama, membuat kendaraan berbasis baterai ini sulit dijangkau oleh sebagian masyarakat, terutama mereka yang pertama kali membeli mobil.
Banyak yang bertanya, bagaimana sebenarnya potensi pasar mobil listrik di Indonesia? Sinyal positif mulai terlihat dengan meningkatnya minat masyarakat, namun kenyataannya harga yang masih di atas rata-rata kemampuan finansial masyarakat menjadi kendala utama.
Menggali Harga dan Daya Beli Mobil Listrik
Berdasarkan analisis yang ada, harga rata-rata mobil listrik di Indonesia masih berada pada level yang tinggi, yang tidak sejalan dengan pendapatan per kapita nasional yang sekitar US$5.000 per orang. Dalam hal ini, para ahli menyarankan bahwa harga mobil listrik idealnya harus di bawah Rp300 juta untuk dapat menjangkau lebih banyak masyarakat.
Data menunjukkan bahwa daya beli masyarakat lebih banyak terkonsentrasi pada mobil dengan harga di kisaran Rp300 juta ke bawah. Dalam dua dekade terakhir, mobil dalam rentang harga ini memang menjadi favorit. Sementara untuk mobil di atas Rp500 juta hingga Rp600 juta, pangsa pasarnya semakin menyusut. Sebagian besar masyarakat menilai, jika harga mobil listrik tetap tinggi, maka penetrasi di pasar akan semakin kecil.
Beragam Pilihan, namun Terbatas
Keberagaman model mobil listrik di Indonesia memang semakin meningkat. Beberapa model seperti Seres E1 dan Wuling Air EV sudah tersedia di pasaran dengan harga terjangkau sekitar Rp200 jutaan. Namun, ada catatan penting di sini: meskipun harga lebih terjangkau, mobil-mobil ini sering kali dianggap kurang memenuhi kebutuhan sehari-hari karena ukuran dan dimensinya yang mungil.
Mobil listrik yang lebih besar di kelas hatchback, MPV, atau SUV umumnya masih dihargai di atas Rp300 juta, sehingga hanya segmen tertentu yang dapat menjangkaunya. Data wholesales dari asosiasi mobil menunjukkan bahwa distribusi mobil listrik berbasis baterai mengalami penurunan. Pada Mei 2025, jumlah distribusi terpantau mencapai 6.334 unit, mengurangi angka dari bulan sebelumnya sebesar 1.300 unit, yang menandakan penjualan menyusut sekitar 17 persen.
Dari sini, sangat jelas bahwa mobil listrik masih menghadapi tantangan besar dalam penetrasi pasar. Masyarakat membutuhkan solusi yang lebih hemat, baik dari segi harga maupun performa. Jika harga mobil listrik dapat diturunkan, tentunya akan ada peluang untuk meningkatkan penjualan secara signifikan.