Jakarta —
Saham milik konglomerat PT DCI Indonesia Tbk (DCII) mengalami lonjakan yang signifikan, mencapai hampir 20 persen dalam satu hari perdagangan. Kenaikan ini membuat saham tersebut menyentuh batas maksimal kenaikan yang diperbolehkan oleh bursa, atau dikenal dengan istilah auto reject atas (ARA).
Pada penutupan perdagangan, harga saham DCII melonjak 19,99 persen menjadi Rp346.725 per lembar. Kenaikan ini setara dengan Rp57.775 dari harga penutupan sebelumnya yang berada di Rp288.950. Kenaikan drastis ini menjadikan saham DCII tidak bisa bergerak lebih tinggi lagi karena sistem bursa secara otomatis menghentikan transaksi pada saat harga mencapai batas ARA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebulan terakhir, nilai saham DCII telah melonjak lebih dari dua kali lipat atau 134 persen. Melihat dari kinerja mingguan, peningkatannya mencapai 86,33 persen. Jika diperhatikan lebih jauh, sejak awal tahun, saham perusahaan yang bergerak di sektor pusat data ini telah meningkat hingga 723 persen.
Saham DCII kembali diperdagangkan setelah sebelumnya disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Suspensi dilakukan sebagai tindakan proteksi untuk mencegah investor terjebak dalam fluktuasi harga yang sangat tajam. Otoritas bursa menyampaikan bahwa langkah ini diambil untuk memberikan waktu bagi pasar untuk mendinginkan situasi dan memastikan investor tidak merugi.
Namun, pihak perusahaan belum bisa menjelaskan secara rinci penyebab lonjakan harga saham tersebut. Sekretaris Perusahaan DCII mengungkapkan bahwa mereka tidak menerima informasi yang menunjukkan tindakan besar dari pemegang saham utama yang dapat memengaruhi kenaikan tersebut. “Kami tidak mengetahui adanya aktivitas yang mencolok dari pemegang saham tertentu,” jelasnya.
Ketika melihat kembali ke bulan Februari, saham DCII juga mengalami lonjakan yang radikal dari harga Rp46.000 menjadi lebih dari Rp150.000. Saat itu, manajemen menyampaikan bahwa mereka sedang dalam proses untuk melakukan pemecahan saham atau stock split, dengan tujuan membuat harga per lembar saham lebih terjangkau bagi investor.
Namun, hingga kini, perkembangan terbaru mengenai rencana tersebut masih belum ada. Meskipun harga saham terus melambung tinggi, perusahaan menjamin bahwa pengendali dan pemegang saham utama tidak memiliki rencana untuk menjual saham mereka dalam waktu dekat.
Pendirinya, saat ini, menduduki posisi sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Menurut data terbaru, kekayaannya mencapai sekitar Rp110,5 triliun. Ia kini menempati posisi kelima dalam daftar orang terkaya, mengungguli beberapa nama beken lainnya dalam industri bisnis.
Pada tahun sebelumnya, ia berada di posisi yang lebih rendah, dan lonjakan kekayaan tersebut tentunya didorong oleh kinerja yang sangat baik dari perusahaan yang didirikannya pada tahun 2011. DCII menyediakan infrastruktur digital bagi beragam sektor, termasuk industri teknologi dan perbankan. Dari sisi finansial, DCII melaporkan laba sebesar Rp418,84 miliar pada kuartal pertama, melonjak 193,72 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, pendapatan perusahaan juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan, mencapai Rp773,55 miliar dan meningkat 118,26 persen secara tahunan. DCII telah mencatatkan diri sebagai salah satu saham dengan harga tertinggi di bursa, pernah mencapai Rp16.050 per lembar saham pada bulan April tahun lalu. Sejak melakukan penawaran umum perdana pada Januari 2021 dengan harga awal Rp420 per saham, nilai DCII telah meningkat lebih dari 20.000 persen.
Dengan segala prestasi ini, DCI Indonesia menunjukkan potensi yang sangat besar dalam industri pusat data yang sedang berkembang pesat. Para investor pun semakin bersemangat menantikan langkah strategis perusahaan di masa depan, terutama dalam memberikan layanan yang lebih baik dan menghadapi tantangan industri yang semakin menuntut.