Jakarta —
Indonesia dan Amerika Serikat memiliki sejarah hubungan yang unik dan istimewa. Hubungan ini berawal dari persahabatan dua presiden yang sangat berbeda, yaitu Presiden Sukarno dari Indonesia dan Presiden John Fitzgerald Kennedy dari AS.
Moment penting terjadi pada bulan April 1961, hanya beberapa bulan setelah Kennedy dilantik. Ia mengundang Sukarno untuk berkunjung ke Gedung Putih. Ini adalah saat yang emosional bagi Indonesia yang tengah mencari dukungan di tengah ketegangan Perang Dingin dan kebangkitan pengaruh komunis di Asia Tenggara.
Persahabatan yang Membawa Harapan
Undangan tersebut menjadi simbol penting persahabatan antara kedua negara, mengingat Indonesia saat itu sedang berusaha mengukuhkan eksistensinya di dunia internasional. Ketika Sukarno menerima undangan tersebut, duta besar Indonesia untuk Amerika saat itu, Howard Palfrey Jones, menuliskan betapa semangatnya Sukarno untuk bisa bertemu dengan Kennedy. Ia ingin mengungkapkan harapan serta potensi kerjasama kedua negara.
Sukarno menggambarkan Kennedy sebagai sosok yang memiliki pemikiran progresif dan ramah. Dalam sebuah wawancara, Sukarno bahkan menyebut bagaimana mereka bercakap-cakap di kamar tidur Kennedy, menunjukkan kedekatan yang lebih dari sekedar hubungan diplomatik. Kennedi adalah sosok yang sangat dicari Indonesia, terlebih saat itu masalah Papua atau Irian Barat sedang menjadi perhatian utama.
Kunjungan Balasan yang Tak Terwujud
Sukarno sangat berharap ada kunjungan balasan dari Kennedy, yang direncanakan pada tahun 1964. Ia bahkan sudah mempersiapkan lokasi khusus untuknya. Namun, harapan tersebut hancur ketika Kennedy dibunuh pada 22 November 1963. Kematian Kennedy membawa dampak yang sangat dalam bagi hubungan kedua negara.
Setelah kematian Kennedy, situasi di Indonesia juga berubah drastis. Sukarno menghadapi tantangan politik yang berujung pada pengunduran dirinya setelah peristiwa kudeta di tahun 1965. Seperti kematian Kennedy, peristiwa tersebut tetap menyimpan banyak misteri dan memunculkan berbagai spekulasi di kalangan masyarakat.