Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara melaporkan adanya lonjakan kasus campak dan rubela yang memerlukan perhatian serius. Dari data surveilans rutin, tercatat sebanyak 1.191 kasus suspek campak rubela per Juli 2025. Di antara jumlah tersebut, 362 kasus terkonfirmasi positif campak dan 10 kasus positif rubela.
Jika melihat angka tersebut, layak kita bertanya: apa yang menyebabkan munculnya kejadian luar biasa ini? Di sejumlah kabupaten/kota di Sumatera Utara, ternyata fenomena ini cukup mengkhawatirkan, seiring dengan rendahnya cakupan imunisasi di kalangan anak-anak.
Laporan Kasus dan Penyebaran Campak di Sumatera Utara
Menurut Kepala Dinas Kesehatan setempat, terdapat 12 kabupaten/kota di Sumatera Utara yang melaporkan kejadian luar biasa (KLB) campak. Dengan rincian, Medan menyumbang 159 kasus positif, diikuti Deli Serdang dengan 101 kasus, dan di bawahnya ada Tebing Tinggi serta beberapa daerah lainnya. Lonjakan ini perlu dicermati secara serius oleh berbagai pihak, khususnya orang tua dan tenaga medis.
Data ini mencerminkan bahwa tantangan dalam mengatasi penyebaran campak di Sumatera Utara bukan hanya terletak pada penyakit itu sendiri, tetapi juga pada kesiapan masyarakat dalam memahami pentingnya imunisasi. Tercatat bahwa 56% dari kasus positif campak adalah mereka yang tidak pernah mendapatkan vaksinasi, yang menunjukkan urgensi untuk meningkatkan kesadaran orang tua tentang vaksinasi campak rubela.
Strategi Pengendalian dan Penanganan KLB Campak
Dalam menghadapi KLB ini, Dinas Kesehatan telah mengambil langkah cepat dengan melakukan penyelidikan epidemiologi. Hal ini melibatkan pelacakan kontak erat dan penemuan kasus tambahan di sekitar tempat tinggal pasien. Ini adalah pendekatan yang penting untuk menghentikan penyebaran lebih lanjut.
Selain itu, Dinas Kesehatan juga melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk sekolah dan masyarakat, untuk melakukan survei cepat mengenai status imunisasi anak-anak. Mewujudkan kolaborasi lintas sektor sangat penting dalam penanganan isu kesehatan publik seperti ini. Dengan melibatkan masyarakat, tantangan informasi dan kesadaran dapat diatasi bersama.
Keberhasilan program imunisasi tidak lahir dari satu pihak saja. Fungsi puskesmas dan rumah sakit dalam deteksi dini dan penanganan sangat diperlukan. Puskesmas memiliki peran dalam surveilans aktif, sementara rumah sakit memberikan perawatan lebih lanjut. Semua pihak harus saling mendukung untuk memastikan anak-anak terlindungi dari penyakit menular ini.
Peningkatan cakupan imunisasi perlu dilakukan secara merata, terutama di daerah-daerah dengan angka kasus tinggi. Imunisasi adalah jalan utama untuk melindungi generasi mendatang dari penyakit yang dapat dicegah. Edukasi massa adalah kunci untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat tentang vaksinasi.
Untuk itu, Dinas Kesehatan Sumut tengah melaksanakan program imunisasi kejar, yang ditujukan bagi anak-anak yang belum mendapatkan vaksin. Program ini diharapkan dapat menciptakan perlindungan optimal. Kesadaran kolektif dari berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh agama dan lembaga pendidikan, sangat diperlukan untuk mendukung program ini.
Dalam upaya ini, perlu juga dukungan dari organisasi masyarakat untuk membantu memperluas informasi dan memberikan dukungan logistik bagi program vaksinasi. Media massa juga memiliki peran penting dalam menyebarluaskan informasi tentang imunisasi dan mengoreksi misinformasi yang beredar di masyarakat.