Calon Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia, Raden Dato Mohammad Iman Hascarya Kusumo, dikenal sebagai Iman, mengungkapkan bahwa meskipun tidak memiliki latar belakang diplomat, ia siap memimpin misi diplomatik Indonesia di Negeri Jiran. Keterkaitannya yang dekat dengan Presiden setempat memberikan keyakinan tersendiri baginya untuk menjalankan tugas ini dengan baik.
Iman menegaskan bahwa pengalamannya tinggal cukup lama di Malaysia dan menikah dengan seorang warga negara Malaysia memberikan keunggulan tersendiri. “Saya mungkin tidak memiliki pengalaman diplomatik formal, tetapi interaksi sehari-hari saya dengan masyarakat Malaysia memberi saya pemahaman yang mendalam tentang kekayaan budaya dan kebutuhan mereka,” ujarnya di Gedung DPR RI.
Kemampuan Diplomasi Melalui Hubungan Pribadi
Dalam posisi sebagai calon duta besar, kemampuan untuk berkomunikasi dan memahami budaya lokal sangat penting. Iman merasa posisinya yang dekat dengan berbagai lapisan masyarakat Malaysia dapat menjadi aset berharga dalam memelihara hubungan antar negara. “Relasi yang sudah dibangun bukan sekadar hubungan formal; saya memiliki banyak teman dan kerabat di Malaysia,” ungkapnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan interpersonal dalam dunia diplomasi, di mana trust dan komunikasi yang efektif dapat menjadi kunci keberhasilan.
Dalam berbagai pembahasan sebelumnya, banyak ahli diplomasi menekankan bahwa keberhasilan seorang diplomat tidak hanya ditentukan oleh pendidikan formal, tetapi juga kemampuan untuk merangkul dan memahami konteks sosial dan budaya di negara yang diwakilinya. Iman merasa bahwa kedekatannya dengan Presiden Prabowo Subianto juga akan mempermudah komunikasi antara pemerintah Indonesia dan Malaysia dalam menciptakan kerja sama yang konstruktif.
Strategi Membangun Hubungan Diplomatik yang Kuat
Menjalani uji kelayakan dan kepatutan untuk posisi duta besar, Iman merupakan salah satu dari sebelas calon yang diuji oleh Komisi I DPR RI. Wakil Ketua Komisi tersebut, Budi Djiwandono, menekankan bahwa yang diutamakan bukan hanya latar belakang, tetapi juga kemampuan dan kapasitas dari setiap calon. “Mereka memiliki jaringan yang luas, pengalaman yang relevan, dan track record yang baik,” katanya. Ini menunjukkan bahwa kapasitas individu lebih diutamakan daripada sekadar pengalaman formal sebagai diplomat.
Rencana strategis Iman untuk membangun hubungan Indonesia-Malaysia melibatkan upaya untuk terus menghormati dan memperkuat kerjasama yang sudah terjalin. “Tujuan saya adalah untuk memelihara hubungan baik yang telah ada, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, maupun budaya,” jelasnya. Dengan memanfaatkan jaringan yang ada, Iman berusaha untuk menciptakan sinergi antar kedua negara yang saling menguntungkan.
Selain itu, pengalamannya sebagai Wakil Bendahara Tim Kampanye Nasional pada pemilihan yang lalu memberikan perspektif tambahan mengenai pentingnya visi bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. “Saya pernah belajar banyak tentang dinamika kerja sama dan komunikasi saat bersama tim, dan ini akan berlanjut dalam peran saya sebagai duta besar,” pungkasnya.
Secara keseluruhan, Iman bertekad untuk menjadi duta besar yang menjalankan tugas dengan sepenuh hati, berupaya membuat hubungan antara Indonesia dan Malaysia semakin erat. Melalui pengalamannya yang unik, baik di bidang sosial maupun politik, ia percaya dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi misi diplomatik negara. Semoga dengan dedikasi dan komitmen yang tinggi, Iman dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan membawa manfaat bagi kedua negara.