Stok beras di Kota Medan, Sumatera Utara, saat ini menunjukkan tanda pemulihan setelah mengalami kelangkaan yang signifikan awal Agustus. Meskipun demikian, harga beras di pasaran masih tetap di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Dalam perkembangan terakhir, beras medium dan premium sudah mulai tersedia di sejumlah minimarket di Medan. Berdasarkan pantauan, terdapat berbagai merek yang bisa dibeli meskipun dengan harga yang masih tinggi. Kenaikan harga ini membuat banyak warga bertanya-tanya tentang penyebab di balik fluktuasi harga beras di pasar.
Kondisi Stok Beras di Medan dan Harga Terkini
Di berbagai minimarket seperti Dahlia Minimarket, konsumen kini dapat menemukan produk beras dengan berbagai kualitas. Namun, sangat disayangkan, varian beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) masih sulit ditemui. Sebuah minimarket melaporkan bahwa beras premium dijual dengan harga Rp80.000 per kemasan lima kilogram. Ini menunjukkan bahwa harga rata-rata per kilogram beras premium telah mencapai Rp16.000, jauh melebihi HET di Sumatera Utara yang hanya Rp15.400 per kilogram.
Berdasarkan informasi dari Siska, seorang karyawan di Indomaret, jenis beras yang ada di minimarket tersebut saat ini terbatas pada beras SPHP dengan harga Rp65.500 per karung lima kilogram. Meskipun harga ini terdata lebih tinggi dari HET yang ada, jumlah pasokan beras di Indomaret juga mulai menipis. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di antara konsumen, terutama mereka yang bergantung pada beras sebagai kebutuhan pokok.
Penyebab Kenaikan Harga dan Strategi Pemerintah
Seiring dengan meningkatnya harga beras, Kepala Bulog Kanwil Sumut, Budi Cahyanto, melakukan upaya untuk mengatasi situasi ini. Dia mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik, karena Bulog sudah berkomitmen untuk menyalurkan lebih banyak stok beras SPHP ke pasar. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kelangkaan beras yang terjadi awal bulan Agustus, di mana banyak minimarket mengalami penutupan stok akibat permintaan yang tinggi.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), meskipun harga beras menunjukkan tren kenaikan di 214 kabupaten/kota, inflasi beras di bulan Agustus terpantau lebih rendah, yaitu sebesar 0,73 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Ini mengindikasikan adanya harapan untuk situasi terhadap harga beras yang lebih stabil dalam waktu dekat. Para pembuat kebijakan sekarang dihadapkan pada tantangan untuk menjaga harga agar tetap terjangkau bagi warga, sementara produsen beras perlu memastikan pasokan yang cukup agar tidak terjadi kembali kelangkaan di masa mendatang.
Dengan adanya kerjasama antara pihak pemerintah dan produsen, diharapkan dapat memberi dampak positif bagi ketersediaan beras dan mengurangi fluktuasi harga yang merugikan masyarakat. Upaya edukasi bagi para petani dan produsen lokal juga diperlukan untuk meningkatkan produksi beras di dalam negeri, sehingga masyarakat tidak terlalu bergantung pada stok dari luar daerah atau negara lain, dan dapat menciptakan ketahanan pangan yang lebih baik.