Jakarta —
Salah satu jet tempur dari Angkatan Udara Malaysia mengalami kecelakaan tragis saat lepas landas dari Bandara Sultan Ahmad Shah, Kuantan, pada Kamis (21/8). Insiden ini menimbulkan perhatian luas, mengingat dampaknya terhadap keselamatan dan pelatihan personel militer.
AU Malaysia telah mengonfirmasi kejadian tersebut. Beruntung, pilot dan kopilot yang berada dalam jet tempur F/A-18 Hornet tersebut selamat, meskipun situasi ini mengundang pertanyaan mengenai aspek-aspek keselamatan penerbangan militer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perdana Menteri setempat telah menyerukan agar insiden ini segera diselidiki. Melalui unggahan di media sosial, dia menekankan pentingnya langkah-langkah keselamatan yang lebih ketat untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Insiden ini, menurut laporan media lokal, menjadi kecelakaan militer paling serius dalam beberapa waktu terakhir di negara tersebut.
Sekarang muncul pertanyaan, seberapa canggih sebenarnya jet tempur F/A-18 Hornet yang terlibat dalam insiden ini? Dan dari mana asalnya?
Dari penelitian yang ada, F/A-18 Hornet merupakan jet tempur serbaguna yang dirancang untuk melakukan berbagai misi, termasuk pertempuran udara ke udara serta serangan terhadap sasaran di darat. Pesawat ini dikembangkan pada tahun 1970-an oleh perusahaan Northrop, dan kemudian disempurnakan oleh McDonnell Douglas, yang sekarang merupakan bagian dari Boeing.
Desain dan Teknologi Jet Tempur
Kecanggihan F/A-18 Hornet terletak pada berbagai fitur yang memudahkan operasionalnya. Jet ini merupakan salah satu pesawat pertama yang menggunakan sistem kendali elektro-pulse, yang membuatnya lebih responsif dalam berbagai situasi perang. Desainnya yang unik dengan sayap trapezoidal memberikan stabilitas saat terbang pada kecepatan subsonik, sehingga meningkatkan kemampuan manuver saat pertempuran.
Kokpit F/A-18 dilengkapi dengan layar multifungsi yang memudahkan pilot untuk mengambil keputusan dalam situasi kritis. Head-up display (HUD) transparan di depan pilot juga menyajikan informasi penting tanpa mengalihkan fokus dari lingkungan sekitar.
Pada radar, F/A-18 Hornet menggunakan sistem AN/APG-65 pada versi awalnya, yang mampu mendeteksi dan melacak berbagai target, baik udara maupun darat. Versi selanjutnya menggunakan radar AN/APG-73 yang lebih canggih, meningkatkan kemampuan deteksi dan akurasi dalam melaksanakan misi.
Struktur pesawat dirancang untuk tahan banting, termasuk roda pendaratan yang dapat beroperasi di kapal induk, mencerminkan betapa pentingnya fleksibilitas bagi jet tempur ini. Terdapat juga kait lipat di antara dua mesin jet yang memungkinkan mendarat baik di kapal induk maupun di bandara biasa, sehingga meningkatkan mobilitasnya.
Spesifikasi dan Kemampuan Tempur
Berikut adalah beberapa spesifikasi F/A-18 Hornet yang patut dicatat:
- Bentang sayap: 11,43 meter
- Panjang: 17,07 meter
- Tinggi: 4,66 meter
- Berat kosong: 11.325 kilogram
- Bobot maksimum saat lepas landas: 23.590 kilogram
- Kecepatan maksimum: 1.915 km/jam
- Ketinggian maksimum terbang: 16.000 meter
- Jarak jangkau: 3.700 kilometer
Hingga saat ini, varian F/A-18 Hornet A hingga D masih digunakan oleh sejumlah negara, termasuk Kanada, Spanyol, Swiss, Finlandia, dan Malaysia. Penerapan teknologi modern pada jet ini menjadikannya salah satu pesawat andalan di angkatan bersenjata berbagai negara.
Secara keseluruhan, insiden yang melibatkan jet tempur ini membuka kembali diskusi mengenai keselamatan penerbangan militer serta pentingnya pelatihan yang memadai bagi personel yang mengoperasikan pesawat tempur canggih. Harapan terbesar adalah langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan demi keselamatan dan efektivitas misi di masa mendatang.
[Gambas: Video]